Monday, April 28, 2025

Mengatasi Ketakutan dan Membangun Percaya Diri: Pelajaran dari Webinar #ISBTalkshow Bersama Alia Rahma


Beberapa waktu lalu, saya mengikuti webinar dari #ISBTalkshow yang bertemakan “The Significance of Public Talking”. Awalnya, saya mendaftar dengan ekspektasi sederhana yaitu mencari tahu trik dan suggestions berbicara di depan umum. Tapi siapa sangka, sesi ini justru menjadi perjalanan introspektif yang mengubah cara saya memandang diri sendiri dan kemampuan komunikasi saya.

Pembicara utama dalam webinar ini adalah Alia Rahma, seorang journalist, communication specialist, dan TV Anchor dari program SEA As we speak Information. Dengan pengalaman bertahun-tahun di dunia jurnalistik dan public talking, Mbak Alia tidak hanya berbagi materi yang kaya akan ilmu, tetapi juga energi dan semangat yang terasa langsung menyentuh peserta, termasuk saya.

Ketakutan yang Selalu Membayangi

Saya selalu memiliki hubungan yang rumit dengan public talking. Ada saat-saat ketika saya merasa percaya diri, tetapi lebih sering saya merasakan gugup yang luar biasa. Menurut survei dari Nationwide Communication Affiliation, 74% orang dewasa mengalami ketakutan berbicara di depan umum, menjadikannya salah satu ketakutan terbesar di dunia profesional.

Pernah suatu kali, di tengah presentasi kerja, suara saya bergetar hebat hingga kata-kata pun terasa sulit keluar. Hari itu, saya merasa seperti gagal complete. Pengalaman ini menjadi salah satu alasan kenapa saya merasa perlu belajar lebih dalam tentang seni berbicara di depan umum.

Saat Mbak Alia memulai sesi dengan pertanyaan sederhana, “Are you a assured speaker?”, saya langsung teringat pada momen tersebut. Dia menjelaskan bahwa rasa gugup itu wajar, bahkan sering kali dirasakan oleh pembicara berpengalaman sekalipun. Namun, bagaimana kita menghadapinya itulah yang membedakan seorang pembicara biasa dengan pembicara yang menginspirasi.

Energi yang Menular

Mbak Alia mengawali presentasinya dengan membahas “The Power”. Menurutnya, energi adalah kunci utama dalam public talking. Energi tidak hanya terlihat dari apa yang kita sampaikan, tetapi juga dari bagaimana kita menyampaikannya. Intonasi suara, gestur, dan ekspresi wajah adalah elemen penting yang mampu membuat audiens merasa terhubung.

Saya teringat bagaimana cara Mbak Alia berinteraksi selama sesi berlangsung. Suaranya penuh semangat, gesturnya begitu hidup, dan matanya memancarkan rasa percaya diri yang sulit diabaikan. Rasanya seperti dia berbicara langsung dengan saya, meskipun sesi ini diadakan secara daring. Dari sini saya belajar bahwa energi yang kita keluarkan saat berbicara akan menentukan bagaimana audiens menangkap pesan kita.

Di period digital seperti sekarang, energi dan kehadiran yang kita pancarkan menjadi semakin penting, terutama ketika berbicara di platform on-line. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif tidak dibatasi oleh medium atau jarak, tetapi lebih pada cara kita memanfaatkan elemen non-verbal untuk menciptakan keterhubungan.

Mengatasi Rasa Gugup dengan Pendekatan Praktis

Salah satu bagian yang paling membekas adalah ketika Mbak Alia membagikan suggestions praktis untuk mengatasi rasa gugup. Dia memperkenalkan tiga pendekatan yang bisa diterapkan:

  1. State of affairs-Based mostly: Memahami situasi di mana kita berbicara dan menyesuaikan diri dengan konteks tersebut.
  2. Viewers-Based mostly: Mengenali audiens kita sehingga pesan yang disampaikan bisa lebih relevan dan private.
  3. Purpose-Based mostly: Fokus pada tujuan utama dari pembicaraan kita.

Mendengar penjelasan ini, saya mulai merefleksikan pengalaman pribadi saya. Saya sering kali terlalu fokus pada ketakutan akan kesalahan, sehingga melupakan tujuan utama dari presentasi yang saya lakukan. Ideas ini memberikan saya perspektif baru: bahwa berbicara di depan umum bukan soal kesempurnaan, tetapi tentang menyampaikan pesan dengan jelas dan tulus.

Mulailah dengan berbicara di depan cermin selama lima menit setiap pagi, fokus pada intonasi dan gestur. Saya pun nanti bisa mencoba menerapkannya saat mengajar setelah webinar ini. Saya akan menerapkan memilih untuk fokus pada audiens, memikirkan apa yang mereka butuhkan dari saya. Misalnya saya berencana untuk membuka sesi dengan pertanyaan sederhana yang relevan dengan peserta didik saya, sehingga mereka merasa terlibat sejak awal.

Public Talking dan Private Branding: Dua Hal yang Tak Terpisahkan

Tidak hanya membahas public talking, Mbak Alia juga menekankan pentingnya private branding. Dia menjelaskan bahwa apa yang kita katakan, bagaimana cara kita berbicara, hingga bagaimana kita membawa diri di hadapan orang lain adalah bagian dari branding kita.

Salah satu slide menampilkan kutipan dari Jeff Bezos: “Your model is what different folks say about you while you’re not within the room.” Kutipan ini mengingatkan saya bahwa private branding bukan tentang menyombongkan diri, tetapi tentang bagaimana kita menciptakan persepsi yang konsisten di mata orang lain. Slide lain menambahkan bahwa private branding adalah cara untuk memberikan respons emosional yang spesifik kepada audiens terhadap diri kita.

Mbak Alia juga memaparkan diagram yang menarik: PAPA (Tempo, Articulation, Pitch, Accentuations) dan VIPP (Quantity, Intonation, Pronunciation, Pause). Diagram ini menjelaskan elemen-elemen penting dalam berbicara yang dapat meningkatkan kredibilitas kita sebagai pembicara. Saya pun menyadari bahwa setiap kata yang kita ucapkan adalah cerminan dari nilai diri kita.

Lebih jauh, private branding di period digital menjadi semakin krusial. Dalam platform seperti LinkedIn atau media sosial lainnya, bagaimana kita menampilkan diri dan cara kita berkomunikasi dapat mempengaruhi bagaimana orang melihat kemampuan dan nilai kita.

Komunikasi Non-Verbal: Memberikan Nyawa pada Kata-Kata

Bagian lain yang menarik perhatian saya adalah pentingnya komunikasi non-verbal. Mbak Alia menyebutkan bahwa gestur, kontak mata, dan ekspresi wajah adalah elemen yang memberikan “nyawa” pada setiap kata yang kita ucapkan. Salah satu slide-nya bahkan menampilkan kalimat, “Non-verbal communication provides life to your phrases.”

Hal ini mengingatkan saya pada seorang kolega yang selalu memukau audiens dengan bahasa tubuhnya yang dinamis. Tidak hanya suaranya yang tegas, tetapi cara dia menggunakan tangannya untuk menekankan poin tertentu membuat pesannya terasa lebih hidup. Saya merasa ini adalah salah satu aspek yang perlu saya perbaiki, terutama karena saya sering kali merasa kaku saat berbicara di depan banyak orang.

Saya teringat bagaimana Mbak Alia menekankan pentingnya kontak mata. Bukan hanya untuk menunjukkan kepercayaan diri, tetapi juga untuk menciptakan keterhubungan emosional yang mendalam dengan audiens. Kontak mata membuat audiens merasa dihargai, sesuatu yang kerap saya abaikan sebelumnya.

Sebagai langkah awal, saya mulai berlatih di depan cermin, memperhatikan ekspresi wajah dan gestur saya sendiri. Meski sederhana, ini membantu saya menjadi lebih sadar akan elemen non-verbal dalam komunikasi.

Mengenali dan Mengembangkan Gaya Komunikasi Pribadi

Mbak Alia juga menekankan pentingnya memahami “Private Model” dalam berbicara. Setiap orang memiliki gaya komunikasi yang unik, tetapi tidak semuanya cocok untuk setiap situasi. Dia mengingatkan peserta untuk mengenali kelebihan dan kekurangan gaya komunikasi mereka, lalu menyesuaikannya dengan kebutuhan audiens dan tujuan presentasi.

Pentingnya menjaga penampilan, cara berbicara, dan gestur secara konsisten juga ditekankan. Slide terakhir dari bagian ini menyebutkan, “How do you see me?”, yang mengajak kita untuk merefleksikan bagaimana persepsi orang lain terhadap diri kita bisa sejalan dengan pesan yang ingin kita sampaikan.

Refleksi Pribadi dan Langkah ke Depan

Webinar ini membuka mata saya bahwa public talking adalah keterampilan yang dapat dipelajari, bukan bakat bawaan. Dari energi yang kita keluarkan, cara mengatasi rasa gugup, hingga membangun merek pribadi yang kuat. Semuanya adalah proses yang membutuhkan latihan dan keberanian untuk mencoba.

Kini, setiap kali saya dihadapkan pada kesempatan untuk berbicara di depan umum, saya selalu mengingat pelajaran dari Mbak Alia: “Jadilah pembicara yang tulus, karena pesan yang disampaikan dengan hati akan selalu sampai ke hati.”

Webinar ini bukan hanya memberikan ilmu, tetapi juga inspirasi yang mendorong saya untuk terus berkembang. Dan siapa tahu, suatu hari nanti saya bisa berbicara dengan percaya diri seperti Mbak Alia, meninggalkan kesan mendalam pada audiens saya.

Saya pun mulai memikirkan bagaimana saya ingin dikenang, baik di dunia profesional maupun pribadi. Branding saya tidak hanya soal kompetensi, tetapi juga bagaimana saya membuat orang merasa nyaman dan terinspirasi setelah berbicara dengan saya.

Jika kamu merasa grogi atau kurang percaya diri saat berbicara, coba mulai dengan langkah kecil. Ingatlah, seperti yang disampaikan Mbak Alia, setiap pembicara besar pernah memulai dari nol. Jadi, mulailah hari ini dan lihat perubahan besar yang bisa kalian capai.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles